Suatu hari di tahun 2018, bertempat di salah satu kamar indekos Jakarta Selatan. Pada penghujung bulan yang mencekik perut saya sebagai mahasiswa perantauan kere, sebungkus mie instan Maggi Kari Malaysia, menjadi penyelamat dari kelaparan. Itu adalah bungkus terakhir kiriman orangtua dari kampung halaman, Nunukan, Kalimantan Utara. Beberapa bungkus lainnya telah saya makan dan bagikan ke teman-teman sebagai bentuk oleh-oleh.
Teman-teman, khususnya dari Nunukan dan sekitarnya yang sedang merantau mungkin juga mengalami hal serupa. Ketika uang dan persediaan makanan sudah habis, lalu mencari-cari dan seolah menemukan seberkas cahaya dalam bentuk bungkusan mie instan berwarna merah dan kuning bertuliskan “Maggi Kari.” Selain Maggi Kari, biasanya ada juga cemilan dan minuman berupa cake Apollo dan Milo Malaysia di dalam kotak bekas yang dikirim atau dibawa dari Nunukan. Bahkan tidak jarang kini berbagai produk dari Malaysia itu menjadi ladang bisnis jasa penitipan (jastip) bagi para perantau asal Nunukan.
Maggi Kari maupun produk makanan dan minuman Malaysia lainnya, sudah melekat sejak lama di dalam kehidupan sehari-hari warga Nunukan dan sekitarnya. Jika sedang berkunjung ke Nunukan, bukanlah hal yang asing melihat berbagai produk Malaysia berdampingan dengan produk Indonesia di toko-toko. Mulai dari beras, mie, tong gas, korek api, jajanan, minuman, gula, tepung, rokok dan lain sebagainya.
Fenomena tersebut nampaknya terjadi karena dua hal. Pertama, wilayah yang berbatasan langsung antara Nunukan dengan negara bagian Sabah, Malaysia. Kedua, adanya sejarah panjang relasi lintas batas di antara kedua ruang, baik dalam dimensi ekonomi, sosial, maupun budaya yang terjalin hingga sekarang.
Dari secuil contoh sebungkus Maggi Kari, saya kemudian menangkap satu hal penting di dalam diskursus mengenai wilayah perbatasan, yaitu apa yang disebut oleh Cooper dan Rumford (2014) sebagai mekanisme konektivitas dan perjumpaan yang terjalin di perbatasan. Maksudnya, bagi mereka perbatasan selain memainkan peran pembagian, demarkasi, pemisahan maupun perpecahan di antara kedua ruang; juga memainkan peran konektivitas dan perjumpaan yang menghubungkan lokal dan global, berbagai dinamika agensi maupun struktur — sekaligus juga menunjukkan adanya dimensi kosmopolitan di perbatasan.
Maka, jika boleh melihat perbatasan dari sebungkus Maggi Kari tadi. Tanpa menafikkan peran perbatasan yang melakukan pembagian, demarkasi, pemisahan maupun perpecahan yang tidak jarang dilakukan secara represif — ia juga mempertemukan dan menghubungkan warga di perbatasan Nunukan dan sekitarnya dengan Maggi Kari maupun berbagai produk Malaysia lainnya.
Nunukan, 25 September 2023.